Padahal kemarin berniat untuk menulis tentang pengalaman saya antara transportasi umum dengan pencopet di blog ini. Tapi ternyata saya mengalami suatu kejadian di transportasi umum dengan seorang pencopet pada pagi ini, tanggal 12 November 2010.
Begini cerita kejadiannya, seperti biasa pagi ini saya berangkat dari rumah ke kantor sekitar pukul 06.40. Transportasi yang selalu saya gunakan ke kantor adalah kereta dan untuk menuju Stasiun Pasar Minggu saya naik angkot S15A, angkot merah dengan trayek Ragunan - TMII. Dan kejadian pun dimulai, di angkot S15A itu saya duduk seperti biasa tapi kali ini berbeda karena tepat di depan saya ada seorang pria yang sedang beraksi untuk mencopet. Awalnya, saya tak begitu curiga. Tapi lama kelamaan saya mulai curiga, kok tangan si pencopet ini seperti mau mengambil sesuatu di kantong jaket seorang perempuan di sampingnya. Posisi tangannya dibuat bersila dan tangan kanan terlihat sedang berusaha merogoh kantong.
Pada saat itu, saya bingung harus berbuat apa karena takutnya di angkot itu dia ada komplotannya. Jadi yang bisa saya lakuin cuma melototin dan berusaha supaya rencana mencopetnya gagal. Tapi mungkin kalau dia sampai berhasil, saya teriak kali. Hahahaha.. Selama dipelototin, dia terlihat seperti tak melihat saya dan hanya sekali-sekali melirik saya. Mungkin dalam hati dia bilang, "Sial! Nih mbak-mbak depan gue kayanya tau." ;p Herannya, sudah saya pelototin si pencopet masih aja berusaha untuk ngrogoh kantong jaket perempuan itu.
Akhirnya, saya colek saja perempuan itu dan sambil bilang, "Mbak, hati-hati! Sebelahnya mau nyopet tuh." Dan saya pun turun dari angkot, yang kebetulan juga sudah sampai Pasar Minggu. Saat saya bayar ongkos, si mbak itu segera pindah tempat duduk. Setelah bayar langsung melakukan jalan cepat, takut kalau si pencopet malah turun dan jadi ngikutin saya. Sempat berpikir kalau copet itu sampai ngikutin saya berencana lapor ke polisi, kebetulan ada polisi yang sedang berdiri di pertigaan Pasar Minggu itu. Puji Tuhan, si pencopet itu tidak mengikuti saya hingga ke Stasiun Pasar Minggu. Semoga saja saya tidak ketemu si copet itu lagi. Huuuaaaa.. Pengalaman yang menegangkan buat saya.
Di awal tulisan ini, bilang kalau saya berminat untuk menulis pengalaman saya antara transportasi umum dengan pencopet. Kalau diingat-ingat, saya pernah menceritakan kejadian antara kereta dengan pencopet di sini. Selain itu, pengalaman saya antara kereta dengan pencopet juga ada lagi dan saya ceritakan di sini.
Ada juga tiga kejadian antara angkotan umum dengan pencopet yang saya alami waktu SMA dan kuliah, kebetulan yang jadi target pencopetnya adalah saya. Kejadian pertama waktu SMA, yaitu terjadi saat saya pulang dari sekolah.
Dari sekolah ke rumah saya banyak kendaraan alternatif yang bisa digunakan. Kebetulan pada waktu itu, saya naik metromini 640 atau 62 lalu turun di pertigaan yang mau ke Unas, lanjut dengan naik angkot 17. Saat sampai di Balai Rakyat, pertigaan yang keluar dari Unas, naik seorang bapak-bapak yang maksa naik padahal saat itu angkot sudah penuh. Si bapak itu duduk di depan saya dengan duduk yang dipaksakan dan untuk menahan duduknya itu dia megang dengkul saya. Kemudian, si bapak itu terbatuk-batuk seperti orang sakit dan menggoyangkan dengkul saya. Saat itu, saya tak ada curiga sama sekali. Iseng saya ngrogoh kantong rok buat ngecek handphone. (Maklum HP baru jadi maunya dipegangin mulu. Hehehe..) Tapi ternyata posisi HP saya sudah setengah keluar dari kantong dan hampir jatuh ke kolong bangku angkot. Langsung saja kantong dan HP saya pegangin supaya ngga jatuh. Lalu karena si bapak merasa tidak berhasil dengan aksi mencopetnya, dia pun turun. Tak jauh setelah itu pria yang duduk di sebelah saya juga ikut turun, yang berdasarkan perkiraan saya pria itu pasti temannya si bapak itu. Huuuuu... Untung aja HP saya tak hilang.
Kejadian kedua saat SMA juga, kayanya ini sekitar kelas 2 atau 3. Saya lupa. Terjadi saat mau tanding atau sparing di SMA Gonzaga. Ketika itu saya naik angkot 11, angkot warna merah dengan trayek Pasar Minggu-Lebak Bulus. Kalau yang satu ini pakai trik, naik seorang bapak-bapak yang membagi flyer pijat refleksi. Kemudian, dia mempraktekkan pijitan itu ke penumpang, yang sebenarnya masih satu komplotan sama dia. Lalu, baru dia mengincar penumpang lainnya untuk jadi korban dan penumpang yang juga komplotannya itu kaya mendoktrin kita dengan mengatakan bahwa pijitannya enak. Untungnya saya tau trik mencopet seperti itu, karena temannya saya pernah kecopetan dengan trik seperti itu juga. Jadinya saya bisa berwaspada dan berhati-hati. Ketika si bapak itu mau memegang kaki saya, langsung saja saya tolak dengan halus. Tapi dia masih tetap memaksa, jadinya saya pun menolak dengan keras. Akhirnya, si bapak itu turun dan tak jauh penumpang pura-pura itu juga turun. Saya pun tertawa dalam hati. Hahahahaha...
Saat kuliah terjadi di miniarta 04, angkot warna coklat dengan trayek Pasar Minggu - Depok, kejadiannya hampir sama seperti yang pura-pura pijat refleksi itu. Dan sepertinya pencopet tersebut sudah mengincar saya sebelum naik angkot. Dia mengira di kantong saya ada HP, padahal yang ada di kantong saya saat itu adalah ipod. Karena saya sudah tau rencana jahat mereka, akhirnya ipod-nya saya keluari saja dari kantong dan saya pegangin terus. Akhirnya karena gagal, mereka pun turun. Dan lagi-lagi saya tertawa dalam hati. Hehehehe...
Peristiwa berikut bukan terjadi di transportasi umum mana pun, tapi masih ada hubungannya sama pencopet. Kapan terjadinya saya lupa, kayanya pas jaman kuliah. Saat saya sedang ke Pasar Senen sendirian, pastinya untuk belanjalah. ;p Setelah puas belanja, lebih tepatnya karena duit sudah habis, saya pun pulang. Saya berjalan ke terminal untuk naik kopaja p20. Saya pakai tas selempang dan saya kebelakangin, tangan kiri dan kanan menenteng kantong plastik. Saya pun jalan santai, tanpa merasakan apa-apa dan curiga sedikit pun. Saya pun menengok ke belakang daaaaaannn... ada pria yang sedang membuka resleting tas saya. Aneh ya. Saya saat itu malah sempat bengong dan bingung apa yang dilakuin pria itu. Tapi kemudian, saya langsung tanggap dan megang erat tas. Lalu si copet saya pelototin dan dia pun pergi. Hahaha..
Satu kesamaan dari copet yang di angkot S15A tadi pagi dengan copet yang di Senen itu adalah tampang copetnya bloon gitu. Hahahaha..
Itulah pengalaman-pengalaman saya yang aneh bin ajaib. Semoga bermanfaat buat kalian. Kali aja, kalian jadi lebih berhati-hati saat di transportasi umum. :)
No comments:
Post a Comment