Beberapa hari yang lalu, saya nge-post tulisan tentang buku yang sudah dan sedang saya baca. Nah! Terakhir yang saya baca adalah novel Perahu Kertas karya Dewi "Dee" Lestari. Ini novel Dee pertama yang saya baca karna baru bisa beli dan baca. Jadi saya ga tau gimana gaya cerita Dee, tapi denger dari temen-temen katanya kalo Dee itu bikin novel itu cukup berat. Dan untuk novel ini bisa dibilang ga berat, tapi sangat-sangat menarik.
Sebelumnya, mau bilang saya sejujurnya ga begitu suka sama novel percintaan. Apalagi kalo novel percintaan teenlit, mungkin saya ga suka karna iri. Hahahaha.. Mungkin itu terjadi saat saya membaca Perahu Kertas. Novel ini memang novel percintaan antara sepasang anak muda. Awal-awal bisa dibilang sedikit bergaya cerita teenlit. Tapi makin kebelakang ceritanya makin menarik dan penasaran. Walaupun saya sebenarnya baca ini harus dengan lapang dada. Hahaha.. (Lebay lo, gres! Bilang aja sirik!) ;p
Oke! Lupakan masalah ke-iri-an saya sama cerita percintaan. Secara keseluruhan saya suka sama cerita Perahu Kertas ini. Saya suka cara Dee bikin cerita perjalanan cinta antara Kugy dan Keenan. Walaupun sedikit gregetan karna Kugy dan Keenan ga pernah jujur sama perasaannya. Yaahh.. tapi memang harus begitu, biar ada kisahnya. :)))
Sebelumnya, mau bilang saya sejujurnya ga begitu suka sama novel percintaan. Apalagi kalo novel percintaan teenlit, mungkin saya ga suka karna iri. Hahahaha.. Mungkin itu terjadi saat saya membaca Perahu Kertas. Novel ini memang novel percintaan antara sepasang anak muda. Awal-awal bisa dibilang sedikit bergaya cerita teenlit. Tapi makin kebelakang ceritanya makin menarik dan penasaran. Walaupun saya sebenarnya baca ini harus dengan lapang dada. Hahaha.. (Lebay lo, gres! Bilang aja sirik!) ;p
Oke! Lupakan masalah ke-iri-an saya sama cerita percintaan. Secara keseluruhan saya suka sama cerita Perahu Kertas ini. Saya suka cara Dee bikin cerita perjalanan cinta antara Kugy dan Keenan. Walaupun sedikit gregetan karna Kugy dan Keenan ga pernah jujur sama perasaannya. Yaahh.. tapi memang harus begitu, biar ada kisahnya. :)))
Kebetulan bulan ini saya beli dua novel dan yang dibaca pertama adalah The Story Girl (Gadis Pendongeng) oleh L. M. Montgomery. Ini deskripsi yang ada di belakang novel:
"Aku suka jalanan, karena jalanan selalu membuatku bertanya-tanya apa yang ada di ujungnya," demikian si Gadis Pendongeng pernah berkata, lama berselang.
Musim semi itu, Beverly King juga tak tahu apa yang menanti di ujung jalan yang akan membawanya ke pertanian keluarga King di Pulau Prince Edward. Bev sudah sering mendengar ayahnya bercerita tentang rumah tempat dia dibesarkan; tentang pohon willow besar di gerbang, tentang kebun buah King yang terkenal, atau tentang para paman dan bibi.
Tapi merasakan sendiri semua keajaiban di tanah keluarga King ternyata jauh lebih menakjubkan. Apalagi hari-hari itu akan ia habiskan bersama para sepupu dan teman-teman. Bev mencatat semua kejadian luar biasa sepanjang tahun itu, juga salah satu hal terpenting... bertemu si Gadis Pendongeng dan mendengar kisah-kisah yang diceritakannya dengan suara emasnya yang misterius. Kisah-kisah yang didongengkan dengan begitu indah sehingga membuat para pendengarnya terisap ke dalam jalinan kata, dan serasa bertemu muka dengan para pahlawan, putri, dewa, bahkan sang Kematian sendiri!
Novel kedua yang saya beli yaitu The Golden Road. (Hari-Hari Bahagia) masih karangan L. M. Montgomery. Sedikit deskripsi yang ada di belakang novel:Musim semi itu, Beverly King juga tak tahu apa yang menanti di ujung jalan yang akan membawanya ke pertanian keluarga King di Pulau Prince Edward. Bev sudah sering mendengar ayahnya bercerita tentang rumah tempat dia dibesarkan; tentang pohon willow besar di gerbang, tentang kebun buah King yang terkenal, atau tentang para paman dan bibi.
Tapi merasakan sendiri semua keajaiban di tanah keluarga King ternyata jauh lebih menakjubkan. Apalagi hari-hari itu akan ia habiskan bersama para sepupu dan teman-teman. Bev mencatat semua kejadian luar biasa sepanjang tahun itu, juga salah satu hal terpenting... bertemu si Gadis Pendongeng dan mendengar kisah-kisah yang diceritakannya dengan suara emasnya yang misterius. Kisah-kisah yang didongengkan dengan begitu indah sehingga membuat para pendengarnya terisap ke dalam jalinan kata, dan serasa bertemu muka dengan para pahlawan, putri, dewa, bahkan sang Kematian sendiri!
Sara Stanley, si Gadis Pendongeng, kembali ke Carlisle untuk menghabiskan musim dingin bersama keluarga King. Untuk membantu melewatkan bulan-bulan musim dingin yang membosankan, dia mengusulkan kepada para sepupunya untuk membuat majalah. Beverley menjadi editornya, sedangkan dia, Felicity, Cecily, Dan, dan Felix bertanggung jawab terhadap kolom masing-masing.
Majalah itu juga akan memuat berbagai peristiwa menarik di Carlisle. Majalah Kita dengan cepat menjadi sumber hiburan yang menyenangkan bagi mereka, di samping berbagai peristiwa yang terjadi pada musim itu. Namun tak ada yang abadi, Ketika ayah si Gadis Pendongeng datang menjemput, dengan berat hati dia harus meninggalkan sahabat-sahabatnya di Pulau Prince Edward.