Konon katanya, naniura merupakan makanan pembesar di tanah Batak. Nama naniura sendiri, diambil dari bahasa Batak yang berarti ikan yang tidak dimasak, sesuai dengan cara membuat makanan ini.
Naniura memang makanan yang sangat susah dicari. Jangankan mencari makanan ini di Jakarta, mencari di Tapanuli Utara khususnya Danau Toba saja sulit. Tidak seperti arsik yang ada di hampir semua warung makanan di Tapanuli atau lapo-lapo di Jakarta. Naniura hanya ada saat perayaan tertentu dan tak banyak yang bisa membuat makanan ini. Biasanya masakan ini dibuat saat satu keluarga merayakan sesuatu, seperti kelulusan anak, anak yang mau merantau jauh, dan lain-lain.
Tak banyak yang bisa membuat naniura karena bahan dasar yang terbuat dari ikan mentah dapat menimbulkan bau amis. Namun, ternyata bau amis itu bisa tidak muncul jika ikan yang dipilih masih segar dan pengolahannya benar.
Pengolahan makanan ini diawali dengan membersihkan sisik ikan mas, lalu belah punggungnya dan duri ikan dikeluarkan semua. Sesudah bersih, ikan digarami dan diasami dengan asam jungga atau asam limau. Rendaman asam jungga inilah yang secara kimiawi kemudian mengubah ikan mentah menjadi tidak terasa amis. Biarkan ikan yang digarami dan diasami tersebut selama 5 jam.
Selama menunggu, buatlah bumbu halus untuk dilumuri pada ikan mas. Kemiri digongseng, biarkan dulu. Jahe, kunyit, bawang merah, dan bawang putih digoreng. Lalu rias dikukus, sedangkan cabai digiling. Seluruh bumbu termasuk andaliman, kemudian ditumbuk. Setelah 5 jam, bumbu yang ditumbuk tadi diolesi ke permukaan ikan dan biarkan selama satu jam lagi. Kemudian, naniura dengan rasa asam sedikit pedas karena andaliman rempah-rempah khas orang Batak ini pun siap dihidangkan untuk keluarga.
*Saya sedang mencoba menulis sesuatu yang informatif dan berguna. ;)
No comments:
Post a Comment